Senin, 15 Desember 2008

Antara Takdir dan Kecerobohan

Sebuah peristiwa kecelakaan terjadi, ketika itu saya dalam perjalan menuju kantor dengan mengendarai sepeda motor, tepatnya di jalan Condet raya sekitar lima ratus meter dari kantorku.
Waktu itu di depan sepeda motor yang kukendarai ada sebuah bus metro mini yang melambatkan laju-nya sepertinya bus itu akan menaikan seorang penumpang wanita muda yang ada diseberang jalan, sang wanita melambaikan tangan-nya meng-isyarat-kan bahwa ia ingin naik bus tersebut, akupun turut melambatkan laju sepeda motorku dengan tetap berada disisi kanan belakang bus itu serta bersiap-siap untuk menyalip bus, namun niat untuk menyalip ku urungkan , karena ku lihat si wanita mulai menyebrang dari seberang jalan, sementara dari arah berlawanan terlihat pula olehku seorang pengendara sepeda motor yang juga melambatkan kendaraan-nya karena melihat si wanita akan menyebrang, dari arah belakang pengendara sepeda motor yang pertama, sepintas terlihat olehku juga seorang pengendara motor dengan kecepatan yang sangat tinggi berusaha menyalip pengendara pertama, namun…….. brak…! Tak ayal lagi pengendara yang berusaha menyalip itu serta merta menabrak si wanita yang akan menyebrang itu dan tak sempat menghindar.
Kejadian yang sangat cepat itu terlihat olehku, secara repleks dan setengah berteriak aku berujar Allahu Akbar !
Motor si pengendara telihat hancur berantakan, sementara si wanita tergeletak di jalan tak bergeming,sepertinya langsung pingsan. Dan yang tak habis pikir tubuh si penabrak terlihat terlempar keras, menyusuri aspal, melewati bus metro, mengarah kepada motor yang kutumpangi yg dalam keadaan berhenti dan… brak, sekali lagi tubuh si pengendara menghantam sepeda motorku setelah ia terlebih dahulu menabrak si wanita tadi, tubuhnya langsung melewati bagian bawah ban depan motorku, seperti tadi dengan repleks aku berteriak mengucap istighfar.
Aku menepikan kendaraanku,, berusaha menolong si pengendara, tetapi kulihat warga dan pngendara yang lain yang ada disekitar terlihat sudah menggotong dan memindahkan korban ke tepi jalan, apa yang kulihat sungguh sangat mengenaskan dan memilukan hati, helm yang dikenakan si pengendara terpental, kepalanya mengucurkan darah segar, sementara tubuh-nya terlihat meng-gelepar-gelepar seperti menyongsong maut, merasakan sakit yang amat sangat.
Aku berusaha tenang, dan menghubungi kantorku berharap ambulance milik kantorku ada dan bisa dipergunakan untuk membawa korban ke rumah sakit, tetapi ambulance yang ada pada saat itu sedang keluar semua, untunglah dengan inisiatif beberapa warga yang menolong akhirnya si korban dibawa kerumah sakit terdekat, sementara si wanita yang menjadi korban sudah dibawa masuk kedalam gang menuju rumah, tanpa ku tahu bagaimana kondisinya.
Aku pun melanjukan perjalananku menuju kantor. Di malam hari, peristiwa yang terjadi sore itu masih terbayang-bayang dipelupuk mataku, membuatku merenung mengingat-nya.
Pada keesokan harinya tesebar kabar bahwa si pengendara yang menabrak wanita itu meninggal dunia ! inna lillahi wa inna lillahi rojiun, ucapku, sementara si wanita yang menjadi korban tidak tahu bagaimana nasibnya.
Ada dua sisi yang dapat kutangkap dari peristiwa itu, yang pertama adalah : Peristiwa itu merupakan sebuah takdir ! tentu semua orang yang beriman akan me-yakini bahwa pada setiap peristiwa yang terjadi adalah merupakan sebuah takdir yang telah ditentukan oleh-Nya.
Yang kedua adalah : Kecerobohan ! akibat dari kecerobohan itu tidak saja merugikan diri sendiri tetapi juga dapat merugikan orang lain.
Yang menarik antara takdir dan kecerobohan ini saya teringat kisah khalifah Umar bin Khatab ra yang membatalkan kunjungan kenegaraannya ke suatu daerah yang tertimpa bencana wabah penyakit. Kemudian sikap beliau ini dipertanyakan oleh rakyatnya, "Wahai Umar, apakah engkau akan menghindari takdir Allah?" Maka jawab Umar,"Aku menghindari takdir Allah, untuk menuju ke takdir yang lain"
Yang bisa di jadikan korelasi dari kisah khalifah Umar ra dengan peristiwa kecelakaan diatas adalah, bagaimana kita berusaha untuk menghindari takdir atas kecerobohan kita, menuju takdir yang lebih baik dengan bersikap santun dijalan.

Whuallahu a’lam,
Tulisan suami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar